Eps. 10 : Valentine untuk Elena, Louis, dan Belda
Perayaan
Valentine telah siap. Semua murid dengan gembira merayakan dan mengikuti
susunan acara. Semua wajah memperlihatkan senyum yang indah. Kecuali Elena dan
Belda. Mereka masih saling diam, tak mengucap sapa bahkan tak saling menghadap.
Perang
dingin berlangsung hingga acara terakhir. Tak ada satupun dari mereka yang
saling menghampiri. Hingga,...
Host : “Baiklah, para hadirin sekalian.
Kita telah sampai di penghujung acara hari ini. Maka dari itu, kami para OSIS
telah mempersiapkan hiburan yang telah kalian tunggu-tunggu. Yang kalian semua
pasti akan suka. Kalau begitu buat apa kita menunggu lagi. Mari kita sambut,
Louis dari kelas IPA!”
Louis naik
ke atas panggung dengan sorakan para penonton. Ia duduk di tengah panggung
dengan sebuah gitar. Kemudian ia mengambil ancang-ancang dan mulai bernyanyi.
Louis : “Girl your heart, girl your face
is so different from them others. I say, you're the only one that I'll adore
... (Reff)Oh baby I'll take you to the sky. Forever you and I, you and I ... I'll
say, you're the only one that I've waited for. And I want you to be mine. (Reff)....”
Elena : Ini? Lagu kesukaanku! Sebuah kebetulan yang menyenangkan. Disaat hati
gundah begini dengar lagu kesukaan jadi tenang. Untuk sementara santai dulu,
deh.
Setelah
Louis selesai menyanyi, ia turun dari panggung dan menuju tempat duduk. Tapi
bukan ke tempat duduknya, melainkan ke tempat di mana Elena duduk. Ia
menghampiri Elena dan berdiri di depannya. Tentu Elena kaget dan bingung.
Kemudian Louis meletakkan gitarnya dan berlutut pada Elena. Itu membuat Elena salting. Arah matanya tak tentu pada
kerumunan orang di sekitarnya, sampai ia melihat Belda mengangguk di sela-sela
kerumunan. Tanpa sadar, ia pun mengikuti anggukan Belda. Semua orang di tempat
itu bersorak dengan kencang.
Setelah
semuanya pulang, Elena mencari Belda dengan harapan mendapat penjelasan yang
lebih pasti. Ia menemukan Belda di depan gerbang sekolah.
Elena : “Bel!”
Belda : “Iya? Ada apa?”
Elena : “Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Louis, dia, em... itu...
kenapa ke gw?”
Belda : “Ini yang ingin gw katakan sama
lu. Louis memang benar nolak gw, tapi dia tidak risih dengan kehadiran gw.
Malahan dia minta bantuan gw.”
Elena : “Bantuan? Bantuan apa? Gw gak
ngerti.”
Belda : “Kalo lu mau tahu, ini harus
diceritakan dari pembicaraan 4 mata waktu itu. Jadi sebenernya.....”
Elena
mendengarkan dengan saksama. Ia tak ingin melupakan 1 katapun agar tak ada
kesalah pahaman lagi.
Elena : “ Oohh... jadi begitu. Sekarang
gw ngerti. Dan... sorry,ya, gw sudah
marah besar sama lu. Main ambil kesimpulan sendiri gara-gara liat kalian di
lapangan.”
Belda : “Oh, di lapangan itu. Perlu gw
ceritakan lagi apa yang kami bicarakan?”
Elena : “Gak, gak usah. Gw percaya sama
lu. Gw aja yang terlalu terburu-buru mengambil kesimpulan.”
Kemudian Louis datang dari belakang
sambil membawa tas Elena dan merangkulnya.
Louis : “Memangnya kenapa kalau
diceritakan? Jika kami ceritakan semuanya pada lu bukan berarti lu yang gak
percayaan. Itu cuma buat menghilangkan kesalah pahaman di antara kita. BTW, ini
tas lu sudah gw beresin.”
Elena : “Eh... buat apa repot-repot? Aku
bisa beresin sendiri.”
Louis : “Tidak repot. Tadi awalnya, gw
mau ajak lu barengan ke kelas. Tapi ternyata lu lagi sibuk bicara sama Belda.
Jadi kupikir apa salahnya gw beresin tas lu.”
Elena : “Maaf merepotkan.”
Louis : “Sudah, sudah. Ayo, pulang.
Sudah sore ini. Belda, ayo, lu juga ikut.”
Belda : “Iya, dan jangan lupa akan janji
lu, ingat!”
Louis : “Hah?! Berlaku?”
Belda : “Iya, dong. Lu sudah janji! 2
kali lipat malah.”
Elena : “Janji apa? Apa itu penting?”
Belda : “Penting banget, El. Lu akan
tahu suatu saat nanti. Jadi mohon bersabarlah. Karna gw jamin lu akan tertawa.”
Elena : “Benarkah?”
Louis : “Hey, hey?! Apa yang lu
rencanakan?!”
Belda : “Bukan urusan lu!”
Akhirnya,
mereka pulang bersama-sama dengan Louis yang mengejar Belda dan Elena mengikuti
mereka dari belakang. Canda tawa mereka kali ini lebih terang dari pada
matahari. Semua kesalah pahaman telah terselesaikan. Kini mereka menjalani hari
lebih meriah dengan anggota baru.
Elena,
Belda, dan Louis, cerita mereka berakhir sampai sini. Bagaimana kelanjutan
hidup mereka? Tak ada yang tahu. Hanya 1 hal yang dapat diketahui, bahwa
sahabat yang berani bukan saja rela mati untuk kita. Tapi berani menghadapi
takdir yang bukan untuknya melainkan untuk sahabatnya, dan dengan besar hati
merelakannya. Dan dengan sahabat yang seperti itu, rintangan hidup akan lebih
mudah dilewati.
To Be Continued
It’s not totally the end. Please wait for the extra episodes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar