Surat Kecil Untuk Mama

Ma, bolehkah semuanya kukatakan sekarang? Semua kata-kata yang belum sempat terucap. Kata-kata yang tak sanggup kulontarkan. Kata-kata yang sangat berat untuk keluar dari mulutku. Semua kata-kata yang kupedam selama aku hidup dengan memerhatikan mama.

Aku Lihat

Diam,
Sunyi,

Kamu

Mahal setia

Murah tawa

Langka senyum

Banyak main

Meski

Lihatlah

Meski buta

Dengarlah

Meski tuli

Memandang Angin

Mata berbintang hilang dari langit

Suara gemuruh mulai terdengar

Telinga mengatup tuli

Happy Independence Day

Detak Cinta Tak Mati

“Apa dia tak datang lagi, ya, hari ini?” desahku. Ini sudah kali keempat aku tak bertemu dengannya di perpustakaan ini. Seorang gadis manis yang menjadi pelanggang setia di perpustakaan ini. Dia yang menjadi alasanku untuk datang dan menunggu selama berjam-jam di sini.

Kincling...! Suara lonceng pintu berbunyi. aku reflek menoleh ke asal suara. Namun, lagi-lagi aku harus kecewa. “huh... sudah malam. Pulang sajalah,” keluhku.

Hidup Ini

Bagai zebra tanpa belang

Bagai matahari siang hilang

Bagai malam tanpa bintang

Bagai hidup tak tertantang

Tak Lagi Sama

Kugenggam kamu di tangan

Sambil terbayang akan angan

Menatap langit malam berbulan

Ditinggal Lagi

Kubanting pintu kamar setelah berada di dalamnya. Langsung kurebahkan tubuhku di atas kasurku yang baru berusia 6 tahun. Rasanya hari-hari yang kujalani sangat berat. Tak ada satu haripun tanpa adanya adu mulut antara aku dan ayah. Pertengkaran kami sudah seperti rutinitas makan 3 kali sehari – pagi, siang, dan malam – bahkan bisa lebih.

Pengorbananku

Ku tak tahu menahu

Rasa sakitku sebesar perahu

Berat dipikul di bahu

Tapi kupikul dengan hatiku, yang sekecil tahu

Hidup Karena Percaya

Seorang gadis kecil yang terbaring di atas sebuah kasur perlahan membuka matanya yang tertutup. Kemudian perlahan-lahan bangun dan duduk. Dengan matanya yang kecil, ia memperhatikan sekelilingnya. Ruangan berwarna putih yang tak dapat ia lihat ujungnya. Ia masih memperhatikan sekelilingnya, sambil memeluk erat boneka kelincinya yang berwarna pirang.

Info

Kenyataan Yang Pilu

Hati ini sangat pilu

Setiap memikirkanmu

Jarak kita yang tak sepanjang bulu

Serasa seperti hilir dan hulu

Luka Harapan

Kini kuhanya bisa termenung

Diam membisu menatap gunung

Mengikuti panjang semenanjung

Menanti harapan di ujung

Fake Friends

Hai kawan

Kau yang melihatku dari awan

Membangunkanku dengan angan

Akan sebuah kemenangan

Impian Masa Lalu

Hati terasa sakit

Mengingat masa lalu yang terungkit

Tentang memori yang kita rakit

Janji yang telah kita apit