Cari

04 April 2018

Hidup Karena Percaya

Related image


Seorang gadis kecil yang terbaring di atas sebuah kasur perlahan membuka matanya yang tertutup. Kemudian perlahan-lahan bangun dan duduk. Dengan matanya yang kecil, ia memperhatikan sekelilingnya. Ruangan berwarna putih yang tak dapat ia lihat ujungnya. Ia masih memperhatikan sekelilingnya, sambil memeluk erat boneka kelincinya yang berwarna pirang.


Namanya Shenna. Gadis kecil dengan rambut hitam legam yang terurai lurus melewati bahunya, sesekali mengibas saat sang gadis memutar kepalanya. Kulitnya yang kuning langsat membuat dirinya terlihat berbeda dengan latar belakang. Matanya yang cokelat gelap masih terus melihat ke segala arah.

Setelah beberapa lama melihat ke sana dan ke sini, ia menyadari kedatangan seseorang. Siluet hitam berjalan perlahan menghampirinya. Shenna berusaha fokus untuk melihat wajah orang itu. Semakin lama, semakin dekat, semakin ia dapat melihat sosok – seorang pria – itu. Namun, tidak dengan wajahnya. Sedekat apapun sosok itu berdiri, Shenna tetap tidak dapat melihat wajahnya.

“Hai gadis manis. Apa kabar?” tanya pria itu. Tapi Shenna tak menjawab apapun, ia hanya melihat sosok itu dari kepala hingga ke kaki sambil menggerakkan kepalanya selama beberapa saat.

“Bagaimana kabarmu, nak?” tanya si pria lagi. Namun Shenna tetap tidak menjawab apapun. Suasana hening untuk beberapa lama, sampai si pria kembali bertanya, “Mengapa kau tak menjawabku?”

Kali ini Shenna menjawab dengan lembut sambil memeluk erat bonekanya, “Mama bilang jangan bicara dengan orang asing.”

Si pria tersenyum dan menjawab “Aku bukan orang jahat.” Shenna menggelengkan kepala kecilnya. “Bagaimana aku bisa percaya padamu? Aku bahkan tidak bisa melihat wajahmu,” balasnya.

Si pria kembali tersenyum. “Anak pintar. Baiklah, kita tak akan ke mana-mana,” jawabnya sambil duduk di samping Shenna, di atas kasur itu. Shenna memandang pria itu lekat-lekat. Dia tak membiarkan pria itu hilang dari pandangannya.

Kemudian, pria itu menawari Shenna sebuah dongeng. Shenna mengangguk pelan. Bagaimana tidak. Shenna adalah pecinta dongeng. Semua cerita dongeng dalam bentuk buku bergambar tertata rapi di kamarnya.

Waktu berlalu. Ruangan putih di mana Shenna berada, berangsur-angsur menggelap seperti gelap malam. Shenna yang berusaha menahan rasa kantuknya, menyadari perubahan ini. Si pria kemudian menidurkannya di atas kasur yang sama, lalu pamit pergi.

Ruangan kembali berubah menjadi putih bersih di saat Shenna membuka matanya. Ia kembali duduk dan memperhatikan sekitarnya. Lalu ia melihat pria itu mendatanginya lagi.

“Hai nak, apa kabar?” tanya pria itu. “Baik,” jawab Shenna dengan suara yang kecil. Si pria lalu duduk di sebelah Shenna sambil tersenyum. “Aku punya cerita baru. Mau dengar?” pria itu kembali bertanya. Shenna membalas dengan anggukkan yang terlihat jelas.

Si pria kembali bercerita dan Shenna mendengarkan dengan saksama tanpa mengurangi tingkat kewaspadaannya.
Waktu kembali berlalu, ruangan kembali menjadi gelap. Si pria lalu menidurkan Shenna dan kembali pamit. Shenna melihat pria itu menjauh di saat ia menutup matanya secara perlahan.

Hari-hari berlalu dengan Shenna yang bangun di ruangan putih, kemudian  menghabiskan waktu dengan cerita dongeng si pria. Tak ada yang berubah, selain tingkat kepercayaan Shenna pada pria itu. Sampai suatu waktu, Shenna telah mencapai titik puncak kebosanannya. Ia sudah tak tertarik lagi dengan dengan cerita-cerita si pria lagi.

Si pria yang menyadari perubahan mood Shenna, menawarinya jalan-jalan ke tempat lain. Shenna memandang pria itu dengan antusias. Kemudian si pria mengulurkan tangannya ke arah Shenna.

Shenna menunjukkan wajah ragu-ragu. Tangannya seperti menolak untuk menggapai si pria. Sampai si pria kembali berkata, “Kita takkan pergi jauh-jauh.” Selama beberapa lama, Shenna memikirkan ajakan pria itu. Kemudian, ia menggapai tangan si pria. Shenna sambil memeluk bonekanya, mengikuti si pria yang menggandeng tangannya yang mungil.

Setelah beberapa lama mereka berjalan, dari kejauhan terlihat sebuah toko permen berwarna merah muda. Ruangan putih di sekitar Shenna pun berubah menjadi kota kecil secara perlahan. Mata Shenna yang tadinya jenuh, berubah menjadi bersinar bagaikan bintang di langit malam.

Si pria mempersilakan Shenna mengambil apapun yang ia mau dari toko tersebut setelah mereka berdiri di depannya.

Langit berubah jingga. Shenna duduk di sebuah bangku taman dengan si pria sambil berusaha menghabiskan lolipopnya. Si pria yang sedari tadi memperhatikan Shenna, beralih memperhatikan bonekanya. “Kau tak menceritakan tentang dirimu dan bonekamu?” tanya pria itu membuka percakapan.

Shenna menelan kunyahan permennya yang terakhir. Lalu menggapai bonekanya dan menaruhnya di pangkuannya. “Ini namanya Bithe. Ini temanku dari aku usia 1 tahun. Saat aku sedih, biasanya aku akan bercerita padanya jika orang tuaku sedang tak ada waktu. Walaupun dia tak menjawab apapun,” cerita Shenna.

Namun seketika, wajahnya yang berukir senyum berubah menjadi muram. Ia tak mengucapkan apapun. Suasana menjadi hening selama beberapa saat. Lalu si pria kembali bertanya, “Ada apa?”

“Aku kangen orang tuaku. Ini sebenarnya di mana? Kenapa tak ada siapapun?”

“Aku bisa memulangkanmu, Shenna.”

Shenna seketika kaget mendengar si pria menyebut namanya. “Bagaimana kau tahu namaku? Aku tak pernah memberitahukannya padamu. Siapa kau sebenarnya?” tanya Shenna.

Si pria tersenyum, “Kau hanya perlu percaya padaku.” Dia tak memberi jawaban lain yang membuat Shenna puas mendengarnya. Kemudian, si pria mengulurkan salah satu tangannya. Shenna yang sudah terlanjur percaya pada pria itu, menggapai tangannya tanpa ada keraguan lagi.

Mata kecil Shenna kembali terbuka secara perlahan. Kali ini bukan ruangan putih tak berujung yang ia lihat. Ia melihat kedua orang tuanya berdiri di samping kanan dan kirinya, lalu secara bersamaan memeluknya sambil menangis dan mengucap syukur. Shenna membalas pelukan kedua orang tuanya sambil tersenyum dan berkata, “Terima kasih. Tuhan.”



NB : selamat hari raya paskah bagi umat yang merayakan. Semoga kebangkitan Tuhan membawa hidup baru bagi kita umatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar