“Wah, selamat, ya, Ryo!” ucapku girang. “Kapan kalian mulai jadian?” lanjutku lagi. “Baru 2 hari yang lalu,”
jawab Ryo. “Sekali lagi selamat, ya!”
“Ini berkatmu,Mily! Terima kasih,
ya!”
“Berkatku? Memangnya aku
ngapain?”
“Aduh, gak usah pura-pura gak
tahu, deh! Kalau bukan karnamu yang selalu menyemangatiku, aku pasti sudah lama
mundur. Ingat, kan?”
“Oh, itu! Itu bukan hal yang besar. Biasa
saja, aku hanya melakukan hal yang kubisa.” Ryo tersenyum manis, “terima kasih
sekali lagi, kamu memang sahabatku yang the
best! Takkan ada yang bisa menandingi kamu!”
“Kamu terlalu melebih-lebihkan.
Aku ini, kan, sahabatmu satu-satunya.”
“Ayo, Ly! Kita pulang, sudah mau
gelap.”
“Ah, iya! Cepat sekali waktu berlalu. Ayo!”
“Kalau sama kamu, 2 haripun serasa
seperti 2 jam,” jawab Ryo sambil merangkulku. “ Ah, kamu! Bisa saja!” balasku. “Memang iya, kan?” Kulihat Ryo bicara sambil tersenyum lebar.
“Iya,iya!” jawabku sedikit ketus.
“Eh? Kok kamu marah? Maaf, deh,
aku yang berlebihan. Ya?”
Kali ini wajah memelas Ryo yang
terlihat. “Oke,deh. Tapi aku punya syarat!” jawabku. “Apa?” tanyanya.
“Mudah saja! Kamu harus kenalkan aku ke pacarmu!
Biar gak salah paham.” Ryo tersenyum senang, “Laksanakan!”
“Tapi antarkan aku pulang dulu.”
“Siap! Apa,sih,yang gak buat
sahabatku ini. Ayo, naik ke mobil!” Dia membukakan pintu mobil untukku.
“Thank you,”balasku tersenyum.
Aku masih memikirkan Ryo di saat bertemu tadi. Entah sudah berapa
lama aku melamun karnanya. Kulihat jam dinding, jarum sudah menunjukkan pukul
sembilan malam. “Harusnya dia sudah sampai di rumah. Tapi mengapa dia gak
mengabariku?” Ah,iya, aku lupa! Kan,dia sudah punya pacar.
Beep,beep,beep! Teleponku berdering. “Itu
pasti Ryo!” Kulihat ada pesan masuk. Benar saja, pesan dari Ryo.
Hai, Ly! Aku sudah sampai rumah, nih! Maaf
lama kabarinnya. Tadi aku kabarin Diana dulu. Karna baru pertama kali sms ke pacar,
aku bingung mau bicara seperti apa. Maaf, ya?
Ya, gak apa-apa. Namanya juga pertama kali pasti gugup dan bingung.
Lagipula aku setiap hari dapat sms darimu, jadi aku sudah hafal kegiatanmu.
Meskipun kamu tak kirim sms ke aku, aku tetap tahu apa yang sedang kau lakukan!
Jari-jari kecilku dengan lincah
mengetik pesan singkat dan segera mengirimnya. Aku dan Ryo adalah teman sejak
kecil, kecil sekali! Aku bahkan tak
ingat kapan pertama kali bertemu dengannya. Kring,kring,kring! Dia membalasnya!
Hahahaha... benarkah? Kalau begitu, aku tanya! Sekarang aku sedang apa?
Kamu pasti sedang duduk manis di kursi kesayanganmu sambil menunggu
acara favouritemu di televisi.
Ryo selalu mengirim pesan seperti itu setiap jam
segini. Beep,beep,beep!
Dering teleponku mengagetkanku.
Hahahaha... biasanya memang begitu. Tapi kali ini berbeda! Aku tadi
belum kasih tahu, ya, aku ada di rumah siapa?!
Kamu bukan di rumahmu? Kalau begitu di rumah siapa?
Sekarang aku ada di rumah Diana. Aku mengajak Diana jalan-jalan. Oh,ya,
yang kamu mau kenalan dengan Diana, Rabu besok kamu bisa? Kalau bisa, aku
beritahu bertemu dimana dan jam berapa. Ok? Bye, Ly.
Ya, aku bisa. Katakan saja besok, jadi aku bisa mempersiapkan diri.
Bye, Ryo.
Ah, ternyata! Ryo tak mau
buang-buang waktu. Kuharap sosok Diana sebagus yang diceritakan Ryo.
“Duh! Kok lama sekali! Katanya jam satu! Ini sudah mau jam dua!”
Aku mengomel sendiri.
“Mily!”
Aku menoleh ke asal suara. Ryo datang dengan setelan yang
berbeda dari biasanya. Dan di sebelahnya pasti Diana. Dari namanya saja sudah
mewah. Dilihat dari dress yang ia kenakan pasti dress mahal. Tidak sepertiku
yang hanya memakai pakaian diskonan.
“Sorry, Ly, telat. Diana dandannya lama,sih!”
“Kamu gak suka aku dandan? Penampilanku, tuh, harus sesuai
dengan statusku!” Jawab Diana mengomel. Jawabannya membuatku kaget. Aku gak
menyangka gadis rupawan itu begitu sombong. Apa Ryo dibutakan oleh cinta?
“Iya, aku mengerti. Ayo,Ly, kita
jalan!” ajak Ryo.
“Iya. Kalian jalan di depan saja,
aku mengikuti dari belakang.”
Hari itu, aku terus memperhatikan
gadis itu. Kuanalisa perilakunya, wataknya dan cara pandangnya terhadap Ryo.
Yang kudapati adalah gadis itu gak mencintai Ryo. Ia hanya mempermainkan Ryo.
Aku harus memberi tahu Ryo. Tapi bagaimana? Aku gak yakin dia akan mendengarkan
aku. Walaupun dia mendengarkanku, hatinya pasti hancur. Gadis yang dia kejar
selama 1 tahun kandas hanya dalam 1 minggu.
Beep,beep,beep! Dering telepon lagi-lagi menyadarkanku.
Hello,Ly? Dari hari Rabu kemarin aku gak terima
pesanmu lagi, ada apa? Biasanya kau akan sms aku walau hanya sekali. Ayo, dong,
cerita! Kau jarang sekali cerita ke aku. Padahal aku hampir setiap hari cerita
ke kamu.
Sms Ryo membuatku tersenyum. Dia
selalu bisa membaca keadaanku walau tak bertemu. Apa aku beritahu Ryo tentang
Diana? Aku masih Ragu. Aku gak pernah melihat dia menangis di depanku. Tapi dia
harus tahu hal ini. “Aku
harus memberi tahunya.”
Aku sudah ceritakan semuanya kepada Ryo. Tapi reaksinya diluar
dugaanku. Dia sangat marah, dia mengira aku ingin menghancurkan hubunganya. Dia
sampai berteriak padaku. Sekarang sudah larut malam, karena tadi pagi, aku tak terima pesannya lagi. Biasanya dia bisa kirim 20 pesan teks dalam sehari.
Tok, tok, tok! Suara ketukan
pintu.
Ada yang datang? Siapa yang datang malam-malam begini? Pikirku keheranan. “Iya, sebentar!
Siapa, ya?” Aku membuka pintu. “Ryo? Kok kamu disini? Ada apa?” tanyaku terkejut. Ia memelukku sambil
menangis.
“Kamu benar, Ly! Kamu benar.
Diana hanya mempermainkanku. Harusnya aku mendengarkanmu, aku minta maaf.”
“Sudah-sudah. Ayo, masuk!
Tenangkan dirimu dulu.”
Waktu berlalu beberapa bulan, kami sudah menjalani aktifitas
seperti biasa. Kami kembali tertawa seperti sediakala. Tapi kami harus
menyudahi itu semua.
“Kamu mau pindah ke Kanada?
Kapan?” tanyaku sedih.
“Iya, minggu depan. Maaf,ya, kamu
pasti kesepian disini. Tapi aku harus, jika tidak aku...”
“Aku tahu, aku tahu. Gak apa-apa.
Aku, kan, gak sendirian di dunia ini.” Aku memotong kalimatnya. “Awas, ya, kalau kamu cari
sahabat baru! Sahabat kamu hanya boleh aku!” ancamnya.
kata-katanya sedikit menghiburku,
walau aku ingin sekali mencegahnya pergi. Aku gak tahu apa kami akan bertemu
lagi.
10 tahun berlalu, sekarang aku memiliki sebuah perusahaan. Entah
apa yang membuatku tetap menunggu kehadirannya kembali. Apa yang sedang dia
lakukan, ya? Dia pasti sangat sibuk, dia gak pernah mengirimiku pesan lagi.
“Permisi, bu. Rekan ibu sudah
datang.” Asistenku menyadarkanku. “Ah, iya. Persilakan ia masuk dan siapkan
semua berkasnya.”
“Baik,bu. Silakan masuk pak!”
Kedatangan pria ini membuatku
membuka mata lebar-lebar. Pria sukses itu adalah Ryo! Dia sudah kembali!
“Ryo! Ini benar kamu? Kamu sudah
kembali!” Aku kegirangan akan kedatangannya. “Yo, Mily! What’s up? Sudah lama
kita tak jumpa,” balasnya dengan logat yang berbeda.
“Baik, kamu bagaimana?”
“Aku juga baik. Sorry aku gak kirim sms lagi. Nomormu
terhapus dari ponselku.”
“Ya, gak apa-apa. Sekarang kamu
ada disini.”
“Oh, ya, ada ingin kukenalkan
padamu. Ayo, masuk sayang!”
Sayang? Siapa yang dia panggil
sayang? Apa dia pacar baru Ryo? Tampak wanita blasteran memasuki ruangan.
“Kenalkan ini Gwen, istriku. Kami
bertemu di Kampus Kanada.”
“Aku Mily, teman Ryo sejak kecil.
Salam kenal.”
“Gwen, istri Ryo,” jawabnya
dengan logat bule.
Istrinya, ya? Aku gak tahu harus
senang atau sedih untuknya. Aku hanya takut Ryo dimanfaatkan lagi. Karna aku
adalah sahabatnya! Dan sudah tugasku melindungi dirinya, selamanya!!!
NB : Ini adalah cerpen yang kubuat pertama kali. Aku menyadari ada banyak kekurangan di dalamnya, maka tidak aku posting. Lalu mengapa aku posting sekarang? Ini untuk para readers yang menyukai cerita-cerita yang kubuat. Walaupun di antara kalian pasti banyak juga yang tidak menyukainya. Tapi aku tetap berterima kasih pada kalian semua yang rela membuang waktu kalian hanya untuk membaca cerita/puisi-ku yang tak sempurna ini. TERIMA KASIH ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar