“Kau lagi, kau lagi! Tak bisakah kau biarkan aku sendiri?!” teriak
Pristan. Teriakannya mengema sepanjang lorong. Semua orang yang awalnya sibuk
dengan kesibukannya masing-masing, kini memperhatikan mereka berdua. Mereka
menunjukkan muka terkejut dan heran. Cecillya pun tak bisa berkata-kata. Mulutnya
beku, lidahnya kelu. Ia langsung melangkah pergi melewati Pristan.