Cari

15 September 2024

Smile

WARNING!! PLEASE READ THIS WITH CAUTION!


Kapan terakhir kali kau merasa senyumanmu tulus?

Kemarin? Minggu lalu? 2 bulan, 3 bulan lalu? Atau bertahun-tahun yang lalu?

“Aku sudah tidak ingat…,” ucap Nadin pelan. Ia menatap bayangan dirinya pada cermin di hadapannya. Tak ada raut bahagia yang tampak. Setiap malam sepulang bekerja, ia hanya duduk menatap dirinya selama beberapa saat di cermin. Seperti sudah sebuah tradisi baginya. Setelah beberapa lama, akhirnya ia beranjak dan menuju kasurnya untuk tidur.

Keesokan paginya, ia menatap dirinya kembali di cermin sesaat sebelum berangkat bekerja. Ia mengambil kunci motor yang tergeletak di meja dekatnya, dan pergi bekerja. Perjalanannya ke tempat kerja bukan suatu hal yang mudah. Berbagai jenis kenadaraan dan pengendara juga ia hadapi dibawah sinar matahari yang tak berbelaskasihan. Jalan yang sebenarnya cukup dekat terasa sangat jauh dengan tumpukan pengendara lain yang juga sama-sama pergi bekerja. Sesampainya di tempat kerja, ia disambut dengan teriakan pemilik kedai.

“NAD! Cepat! Antrian mulai panjang!”

Nadin bergegas turun dari motor meletakkan segala barangnya dekat konter dan melayani tamu-tamu yang menunggu giliran mereka. ia mengenakan senyum terbaiknya yang ia bisa. Tidak ada hal istimewa dari pembeli-pembeli yang ia layani… seharusnya. Namun, selalu ada satu atau dua pembeli yang melewati batas kewajaran.

“Gimana, sih! Bisa kerja gak?!” teriak salah satu pembeli. Teriakan itu menarik perhatian seluruh pembeli lain yang sedang makan ditempat. Nadin tidak dapat melawannya karena ini etika pelayanan. Ia hanya menunduk dan meminta maaf sebelum beranjak dari sana. Beberapa lama kemudian, ia kembali dengan pesanan lain.

SPLASH!

Nadin tidak mengharapkan ucapan terima kasih, namun ia juga tidak mengharapkan sebuah siraman air kepadanya. Pembeli itu tidak mengatakan apa-apa hanya pergi dari kedai dengan amarah. Nadin menahan air matanya, ia membereskan meja tersebut. Berjam-jam berlalu hingga akhirnya ia pulang kembali ke kamar kosnya. Meletakan kunci motor, membersihkan diri, dan kembali menatap dirinya sebelum beranjak tidur.

Esok pagi, ia bangun dari tempat tidur, membersihkan diri, menatap cermin, mengambil kunci motor, dan pergi. Hari hari ia bekerja selalu sama setiap hari. Terkadang cukup baik dengan tidak bertemu pembeli yang tempramen. Tapi terkadang bisa sangat buruk. Sedangkan pemilik kedai? Tidak, pemilik tidak memperlakukan Nadin dengan buruk. Beliau orang tegas dan gahar saat berbicara. Namun, beliau juga merupakan orang yang kapitalis. Kemana uang akan membawanya pergi, disanalah ia akan tersenyum. Perlakuan yang dilakukan kepada Nadin, hanya dipandang sebelah mata. Begitu Nadin pulang, ia meletakkan kunci motor, membersihkan diri, menatap cermin, dan tidur.

Ia bangun… mandi… menatap cermin… mengambil kunci… pergi….

Pulang… menaruh kunci… mandi… menatap cermin… tidur…

Bangun… mandi… menatap cermin… mengambil kunci… pergi…

Pulang… menaruh kunci… mandi… menatap cermin … tidur…

Bangun… menatap cermin… mandi… mengambil kunci… pergi…

Pulang… menaruh kunci… menatap cermin… mandi… tidur…

Bangun… menatap cermin… mengambil kunci… pergi…

Pulang… mandi… tidur…

Bangun… menatap cermin… pergi…

Nadin tidak pernah kembali lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar