Cari

15 Desember 2022

Never Say Never

 WARNING 18+!!

Postingan ini mengandung unsur seksual dan beberapa tindakan tidak senonoh lainnya yang tidak pantas untuk ditiru. Maka dari itu saya meminta pembaca untuk membaca dengan bijak.


Dwiyantoro, seorang pekerja sebuah perusahaan yang sedang sangat berkembang. Banyak hal dalam perusahaan yang masih perlu diperhatikan di masa serba cepat ini. Oleh karenanya, sering kali ia membawa pulang pekerjaannya untuk dilanjutkan di rumah.

Laristya, istrinya, sebagai sesama pegawai perusahaan, ia memahami keadaan suaminya. Ia selalu membantu dari balik layar, seperti membawakannya air minum, camilan buah, atau mengingatkannya untuk makan dan mandi di sela-sela kesibukannya.

Ini sudah hari ke-17, sejak pertama kali Iyan membawa pulang tugasnya. Dan selama itu pun, ia hanya fokus pada tugasnya. Tya tak pernah mengomelinya, namun akan jadi sebuah kebohongan jika ia bilang tak mengalami kesepian. Beberapa kali ia ingin mengganggu suaminya dan menariknya ke tempat tidur. Tapi ia tak ingin mengacaukan karir Iyan.

“Aku mau mandi. Setelah aku keluar, kau mandilah. Jangan sampai terlalu malam,” ucap Tya.

“Oke,” jawab Iyan mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop. Tya hanya dapat menghela napas pendek sebelum melangkah masuk ke kamar mandi yang berada di sebelah meja kerja Iyan, dalam kamar mereka.

Tak berapa lama kemudian, Tya keluar dari kamar mandi dan berdiri di depan lemari pakaian. Mata Iyan yang semula terpaku pada layar laptop, kini berpindah kepada Tya. Ia segera bangkit dari tempatnya duduk dan memeluk Tya dari belakang.

“Apa-apaan ini? Kau sengaja, ya? Berdiri di depanku dengan hanya mengenakan celana dalam,” ucap Iyan sambil terus mencium punggung istrinya yang sangat terekspos. Tya tersenyum, kemudian tertawa kecil.

“Tidak. Aku lupa membawa pakaianku saja.”

“Bohong. Bagaimana mungkin kau bisa melupakan semua pakaianmu? Kau pasti sengaja menggodaku.”

Tangan Iyan yang awalnya hanya diam, kini ikut bereksplorasi seirama dengan bibirnya yang mengeksplorasi punggung Tya. Tya beberapa kali memanggil nama suaminya, memintanya untuk menunggu. Namun Iyan mengabaikannya. Hingga tepat saat salah satu tangan Iyan hendak menyelip masuk ke dalam celana Tya, Tya menarik tangannya tersebut.

“Tunggu! Tunggu dulu… bersabarlah… I’m in my period…,” pinta Tya dengan ekspresi wajah memerah.

“Oh! Maaf…, aku tidak tahu.”

“Tidak apa-apa. Kau mandilah sekarang, jangan sampai udara malam yang dingin membuatmu sakit.”

Iyan mengambil handuknya dan menuju kamar mandi. Sembari mandi, ia terus merenung. Ia akhirnya menyadari selama ini kurang memperhatikan istri cantiknya, terlalu memfokuskan diri pada pekerjaan.

“Dan aku harus menunggu lagi untuk jatah bulan ini,” ucap Iyan kecewa di bawah shower. Ia menundukkan kepalanya, menempel pada dinding di depannya. Tangannya terus memutar keran shower hingga ia menjerit kepanasan.

“Ya, sudahlah. Mau bagaimana lagi.”

Setelah berlalu beberapa lama, Iyan selesai mandi. Ia melingkarkan pinggangnya dengan handuk dan keluar dari kamar mandi. Saat melangkah keluar, ia berpikir untuk mulai melakukan pekerjaannya lebih santai. Namun, pemandangan yang ada di depan matanya, membuat otaknya berhenti bekerja.

Tya berdiri di hadapannya dengan menggunakan lingerie warna putih bercampur biru muda. Dengan raut muka malu-malu, Tya bertanya, “Ini… tidak jelek bukan?”

Iyan tak bergerak sama sekali dari tempatnya. Penampilan Tya yang ia lihat kali ini adalah baru baginya. Di sepanjang mereka bersama, Tya tak pernah sekali pun tertarik dengan lingerie. Ia pikir istrinya memang tak ingin memakainya. Namun apa yang ada di depannya kali ini, membuat jantungnya terdiam.

“Halo? Kau masih di si – Aaah!”

Iyan langsung mendorong Tya ke atas kasur begitu Tya mulai melangkah mendekatinya. Kedua tangan Tya di genggam di atas kepalanya. Tya sempat terkejut dengan serangan tiba-tiba itu, namun ia juga mengerti mengapa terjadi.

“You never wanted to take on this kind of clothes before,” ujar Iyan dengan wajah memerah dan napas yang cukup berat.

“And I never said I won’t.”

“Didn’t you say you are in period?”

Tya terdiam selama sesaat. Ia memalingkan pandangannya dan menjawab, “I lied.”

Mendengar jawaban istrinya, Iyan segera menikmati santapannya yang ia pikir belum waktunya. Kali ini Tya tak mengelak setiap elusan yang Iyan berikan. Tangannya beberapa kali meronta, namun ia tetap menerima semuanya. Hingga setelah beberapa lama, Tya bertanya, “Bagaimana dengan pekerjaanmu?”

“Setelah kau membuatku gila, sekarang kau bertanya tentang pekerjaanku. Kau memang hanya sangat suka menggodaku,” ujar Iyan, “Tenang saja, bukan urgent. Masih bisa kulanjutkan besok.”

Iyan menempelkan bibirnya ke bibir Tya, sambil satu tangan tetap menahan tangan Tya dan tangan lainnya terus bereksplorasi. Dan mereka mengikuti arus suasana.

Pagi hari nan indah, Iyan siap berangkat ke kantor seperti biasanya. Sekarang ia hanya perlu menunggu istrinya selesai bersiap-siap untuk berangkat bersama. Dengan kicauan burung pagi yang menemaninya, ia menghela napas kecewa.

“Kenapa saat akan melakukannya, Tya sungguhan datang bulan, sih….”


pic src: pic src: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220829164149-284-840465/7-hal-yang-haram-dilakukan-saat-bercinta-mau-didepak-dari-ranjang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar