WARNING 18+!!
Postingan ini mengandung unsur seksual dan beberapa tindakan tidak senonoh lainnya yang tidak pantas untuk ditiru. Maka dari itu saya meminta pembaca untuk membaca dengan bijak.
Dwiyantoro, seorang pekerja sebuah perusahaan yang sedang sangat
berkembang. Banyak hal dalam perusahaan yang masih perlu diperhatikan di masa
serba cepat ini. Oleh karenanya, sering kali ia membawa pulang pekerjaannya
untuk dilanjutkan di rumah.
Laristya, istrinya, sebagai sesama pegawai perusahaan, ia memahami
keadaan suaminya. Ia selalu membantu dari balik layar, seperti membawakannya
air minum, camilan buah, atau mengingatkannya untuk makan dan mandi di
sela-sela kesibukannya.
Ini sudah hari ke-17, sejak pertama kali Iyan membawa pulang tugasnya. Dan
selama itu pun, ia hanya fokus pada tugasnya. Tya tak pernah mengomelinya, namun
akan jadi sebuah kebohongan jika ia bilang tak mengalami kesepian. Beberapa
kali ia ingin mengganggu suaminya dan menariknya ke tempat tidur. Tapi ia tak
ingin mengacaukan karir Iyan.
“Aku mau mandi. Setelah aku keluar, kau mandilah. Jangan sampai terlalu
malam,” ucap Tya.
“Oke,” jawab Iyan mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari layar
laptop. Tya hanya dapat menghela napas pendek sebelum melangkah masuk ke kamar
mandi yang berada di sebelah meja kerja Iyan, dalam kamar mereka.
Tak berapa lama kemudian, Tya keluar dari kamar mandi dan berdiri di depan
lemari pakaian. Mata Iyan yang semula terpaku pada layar laptop, kini berpindah
kepada Tya. Ia segera bangkit dari tempatnya duduk dan memeluk Tya dari
belakang.
“Apa-apaan ini? Kau sengaja, ya? Berdiri di depanku dengan hanya
mengenakan celana dalam,” ucap Iyan sambil terus mencium punggung istrinya yang
sangat terekspos. Tya tersenyum, kemudian tertawa kecil.
“Tidak. Aku lupa membawa pakaianku saja.”
“Bohong. Bagaimana mungkin kau bisa melupakan semua pakaianmu? Kau pasti
sengaja menggodaku.”
Tangan Iyan yang awalnya hanya diam, kini ikut bereksplorasi seirama
dengan bibirnya yang mengeksplorasi punggung Tya. Tya beberapa kali memanggil
nama suaminya, memintanya untuk menunggu. Namun Iyan mengabaikannya. Hingga
tepat saat salah satu tangan Iyan hendak menyelip masuk ke dalam celana Tya,
Tya menarik tangannya tersebut.
“Tunggu! Tunggu dulu… bersabarlah… I’m in my period…,” pinta Tya dengan
ekspresi wajah memerah.
“Oh! Maaf…, aku tidak tahu.”
“Tidak apa-apa. Kau mandilah sekarang, jangan sampai udara malam yang
dingin membuatmu sakit.”
Iyan mengambil handuknya dan menuju kamar mandi. Sembari mandi, ia terus
merenung. Ia akhirnya menyadari selama ini kurang memperhatikan istri
cantiknya, terlalu memfokuskan diri pada pekerjaan.
“Dan aku harus menunggu lagi untuk jatah bulan ini,” ucap Iyan kecewa di
bawah shower. Ia menundukkan kepalanya, menempel pada dinding di
depannya. Tangannya terus memutar keran shower hingga ia menjerit
kepanasan.
“Ya, sudahlah. Mau bagaimana lagi.”
Setelah berlalu beberapa lama, Iyan selesai mandi. Ia melingkarkan
pinggangnya dengan handuk dan keluar dari kamar mandi. Saat melangkah keluar,
ia berpikir untuk mulai melakukan pekerjaannya lebih santai. Namun, pemandangan
yang ada di depan matanya, membuat otaknya berhenti bekerja.
Tya berdiri di hadapannya dengan menggunakan lingerie warna putih
bercampur biru muda. Dengan raut muka malu-malu, Tya bertanya, “Ini… tidak
jelek bukan?”
Iyan tak bergerak sama sekali dari tempatnya. Penampilan Tya yang ia
lihat kali ini adalah baru baginya. Di sepanjang mereka bersama, Tya tak pernah
sekali pun tertarik dengan lingerie. Ia pikir istrinya memang tak ingin
memakainya. Namun apa yang ada di depannya kali ini, membuat jantungnya
terdiam.
“Halo? Kau masih di si – Aaah!”
Iyan langsung mendorong Tya ke atas kasur begitu Tya mulai melangkah
mendekatinya. Kedua tangan Tya di genggam di atas kepalanya. Tya sempat
terkejut dengan serangan tiba-tiba itu, namun ia juga mengerti mengapa terjadi.
“You never wanted to take on this kind of clothes before,” ujar Iyan
dengan wajah memerah dan napas yang cukup berat.
“And I never said I won’t.”
“Didn’t you say you are in period?”
Tya terdiam selama sesaat. Ia memalingkan pandangannya dan menjawab, “I
lied.”
Mendengar jawaban istrinya, Iyan segera menikmati santapannya yang ia
pikir belum waktunya. Kali ini Tya tak mengelak setiap elusan yang Iyan
berikan. Tangannya beberapa kali meronta, namun ia tetap menerima semuanya.
Hingga setelah beberapa lama, Tya bertanya, “Bagaimana dengan pekerjaanmu?”
“Setelah kau membuatku gila, sekarang kau bertanya tentang pekerjaanku.
Kau memang hanya sangat suka menggodaku,” ujar Iyan, “Tenang saja, bukan
urgent. Masih bisa kulanjutkan besok.”
Iyan menempelkan bibirnya ke bibir Tya, sambil satu tangan tetap menahan
tangan Tya dan tangan lainnya terus bereksplorasi. Dan mereka mengikuti arus
suasana.
Pagi hari nan indah, Iyan siap berangkat ke kantor seperti biasanya.
Sekarang ia hanya perlu menunggu istrinya selesai bersiap-siap untuk berangkat
bersama. Dengan kicauan burung pagi yang menemaninya, ia menghela napas kecewa.
“Kenapa saat akan melakukannya, Tya sungguhan datang bulan, sih….”
pic src: pic src: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220829164149-284-840465/7-hal-yang-haram-dilakukan-saat-bercinta-mau-didepak-dari-ranjang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar