:strip_icc():format(jpeg)/klikdokter-media-buckets/medias/2312565/original/073381200_1581648538-Dulu-Akur-Sekarang-Tidak-Ini-Penyebab-Saudara-Bertengkar-saat-Sudah-Dewasa-shutterstock_1435130363.jpg)
Merila
berlari kencang mengikuti adiknya, tresya, yang berlari menghindarinya. Keadaan
ini sudah berlangsung sekitar sepuluh menit. “TRESYA! Jika kau tak berhenti
dalam hitungan ketiga, aku berhenti membiayaimu!” teriak Merila. Tresya langsung
berhenti bahkan sebelum kakaknya mulai berhitung. Melihat adiknya yang akhirnya
berhenti, Merila segera mengambil berkas yang adiknya pegang sedari tadi.
“Sudah
kakak bilang berapa kali! Jangan sentuh barang kakak! Kalau berkas ini sampai
hilang atau bahkan rusak, kakak bisa bahaya!”
Tresya
tampak tidak terima dengan ceramahan kakaknya. Dia hanya diam dengan wajah
manyunnya seakan menahan tangis. “Kakak tahu kau sesekali ingin bermain dengan
kakak tapi tolong mengertilah, kaukan sudah SMA. Kakak lagi gak bisa,” ucap Merila sesaat sebelum
ia melangkah kembali ke kamarnya meninggalkan adiknya sendirian di tengah
Lorong yang sepi. Selama beberapa saat, Tresya hanya berdiri mematung di sana.
Hingga akhirnya ia pun memutuskan kembali ke kamarnya.
Beberapa
hari berlalu sejak hari itu. Tresya tak pernah menggangu pekerjaan Merila lagi.
Namun, merila merasa ada yang janggal dengan sikap adiknya. Tresya biasanya
akan menghabiskan waktu didepan televisi atau komputernya. Namun belakangan
ini, ia lebih banyak berdiam diri di dalam kamar. Sebenarnya Merila sudah
merasa aneh sejak Tresya memasuki masa SMA. Adiknya menjadi sangat sering
menganggunya namun ia mengira itu karena faktor
kepergian kedua orang tua mereka sehingga ia tak terlalu memikirkannya.
Kedua orang tua mereka meninggal beberapa minggu setelah kelulusan Tresya
dari SMP. Merila mengerti itu adalah pukulan yang sangat keras bagi adiknya
dikarenakan ia sangat dekat dengan kedua orang tua. Akan tetapi, kejanggalan
ini semakin lama semakin mengkhawatirkan. Meskipun mereka tidak terlalu dekat,
Merila tetap ingat kebiasaan-kebiasaan Tresya.
Pikiran Merila tidak tenang semenjak ia menyadari perubahan yang cukup
besar dari adiknya. Pekerjaan yang dilimpahkan padanya tak dapat ia selesaikan
dengan baik seperti sebelum-sebelumnya. Sehingga ia meminta izin untuk cuti
istirahat selama beberapa hari sambil memperhatikan adiknya.
Begitu Merila sampai di rumah, ia mendapati bahwa adiknya sudah berdiam
diri di dalam kamar seperti hari-hari sebelumnya. Ia mendatangi kamar adiknya
dan mengetuk pintunya. “Tres? Kamu di dalam ngapain? Sudah makan belum?”
Hening… tak ada jawaban dari dalam. Keheningan ini membuat Merila tak
tenang. “Tres? Kamu di dalam kan?” tanyanya lagi. Namun sama saja, tak ada
jawaban apapun dari dalam. “Kakak masuk ya.”
Begitu pintu terbuka, ia tak bisa memercayai apa yang ada di depan
matanya. Sosok adiknya yang masih mengenakan seragam sekolah tergantung di
kipas yang melekat di langit-langit kamar dengan sebuah botol obat tidur
berserakan di bawahnya.
Dengan kaki yang lemas, Merila segera meminta tolong pada
tetangga-tetangganya. Di saat yang sama, ia tak dapat menahan air matanya. Ia
menangis tersedu-sedu di dalam pelukan salah seorang tetangganya hingga
akhirnya ia tak kuat menahannya dan tak sadarkan diri.
Pada hari pemakaman adiknya, ia tetap berdiri di samping makamnya meski
malam telah menyambut sambil memegang secarik kertas dan sebuah piagam yang
adiknya tinggalkan untuknya. Ia sangat menyesal, seharusnya ia lebih banyak
menghabiskan waktu bersama adiknya. Bukan hanya sibuk bekerja. Sehingga ia tahu
apa yang sebenarnya terjadi pada adik satu-satunya itu.
pic src: https://image-cdn.medkomtek.com/ghMzMRHOF84XSlO9bxJSG0usQSY=/375x208/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/klikdokter-media-buckets/medias/2312565/original/073381200_1581648538-Dulu-Akur-Sekarang-Tidak-Ini-Penyebab-Saudara-Bertengkar-saat-Sudah-Dewasa-shutterstock_1435130363.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar