Cari

15 Juli 2020

Sang Adik


5 Penyebab Kakak Adik Bertengkar saat Dewasa


Merila berlari kencang mengikuti adiknya, tresya, yang berlari menghindarinya. Keadaan ini sudah berlangsung sekitar sepuluh menit. “TRESYA! Jika kau tak berhenti dalam hitungan ketiga, aku berhenti membiayaimu!” teriak Merila. Tresya langsung berhenti bahkan sebelum kakaknya mulai berhitung. Melihat adiknya yang akhirnya berhenti, Merila segera mengambil berkas yang adiknya pegang sedari tadi.


“Sudah kakak bilang berapa kali! Jangan sentuh barang kakak! Kalau berkas ini sampai hilang atau bahkan rusak, kakak bisa bahaya!”

Tresya tampak tidak terima dengan ceramahan kakaknya. Dia hanya diam dengan wajah manyunnya seakan menahan tangis. “Kakak tahu kau sesekali ingin bermain dengan kakak tapi tolong mengertilah, kaukan sudah SMA. Kakak lagi gak bisa,” ucap Merila sesaat sebelum ia melangkah kembali ke kamarnya meninggalkan adiknya sendirian di tengah Lorong yang sepi. Selama beberapa saat, Tresya hanya berdiri mematung di sana. Hingga akhirnya ia pun memutuskan kembali ke kamarnya.

Beberapa hari berlalu sejak hari itu. Tresya tak pernah menggangu pekerjaan Merila lagi. Namun, merila merasa ada yang janggal dengan sikap adiknya. Tresya biasanya akan menghabiskan waktu didepan televisi atau komputernya. Namun belakangan ini, ia lebih banyak berdiam diri di dalam kamar. Sebenarnya Merila sudah merasa aneh sejak Tresya memasuki masa SMA. Adiknya menjadi sangat sering menganggunya namun ia mengira itu karena faktor kepergian kedua orang tua mereka sehingga ia tak terlalu memikirkannya.

Kedua orang tua mereka meninggal beberapa minggu setelah kelulusan Tresya dari SMP. Merila mengerti itu adalah pukulan yang sangat keras bagi adiknya dikarenakan ia sangat dekat dengan kedua orang tua. Akan tetapi, kejanggalan ini semakin lama semakin mengkhawatirkan. Meskipun mereka tidak terlalu dekat, Merila tetap ingat kebiasaan-kebiasaan Tresya.

Pikiran Merila tidak tenang semenjak ia menyadari perubahan yang cukup besar dari adiknya. Pekerjaan yang dilimpahkan padanya tak dapat ia selesaikan dengan baik seperti sebelum-sebelumnya. Sehingga ia meminta izin untuk cuti istirahat selama beberapa hari sambil memperhatikan adiknya.

Begitu Merila sampai di rumah, ia mendapati bahwa adiknya sudah berdiam diri di dalam kamar seperti hari-hari sebelumnya. Ia mendatangi kamar adiknya dan mengetuk pintunya. “Tres? Kamu di dalam ngapain? Sudah makan belum?”

Hening… tak ada jawaban dari dalam. Keheningan ini membuat Merila tak tenang. “Tres? Kamu di dalam kan?” tanyanya lagi. Namun sama saja, tak ada jawaban apapun dari dalam. “Kakak masuk ya.”

Begitu pintu terbuka, ia tak bisa memercayai apa yang ada di depan matanya. Sosok adiknya yang masih mengenakan seragam sekolah tergantung di kipas yang melekat di langit-langit kamar dengan sebuah botol obat tidur berserakan di bawahnya.

Dengan kaki yang lemas, Merila segera meminta tolong pada tetangga-tetangganya. Di saat yang sama, ia tak dapat menahan air matanya. Ia menangis tersedu-sedu di dalam pelukan salah seorang tetangganya hingga akhirnya ia tak kuat menahannya dan tak sadarkan diri.

Pada hari pemakaman adiknya, ia tetap berdiri di samping makamnya meski malam telah menyambut sambil memegang secarik kertas dan sebuah piagam yang adiknya tinggalkan untuknya. Ia sangat menyesal, seharusnya ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama adiknya. Bukan hanya sibuk bekerja. Sehingga ia tahu apa yang sebenarnya terjadi pada adik satu-satunya itu.


pic src: https://image-cdn.medkomtek.com/ghMzMRHOF84XSlO9bxJSG0usQSY=/375x208/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/klikdokter-media-buckets/medias/2312565/original/073381200_1581648538-Dulu-Akur-Sekarang-Tidak-Ini-Penyebab-Saudara-Bertengkar-saat-Sudah-Dewasa-shutterstock_1435130363.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar