
Jari-jemari
Dian terus bergerak tanpa henti, berusaha menyelesaikan sebuah sweater rajut yang terbuat dari bahan
benang wol. Ditemani dengan suara rintik hujan dan alunan lagu dari handphone miliknya. Setiap lagu yang
berganti memunculkan memori masa lalunya dengan Elion.
Lagu “I Do
Adore” yang dinyanyikan Mindy Gledhill membawanya pada hari di mana ia dan
Elion pertama kalinya menghabiskan waktu berdua. Setiap lagu yang berganti
memunculkan berbagai kenangan yang berbeda-beda di benak Dian. Dari kenangan
pertama di mana mereka pertama kali bertemu di tengah teman-teman seangkatan,
pertemuan untuk tugas kelompok OSPEK jurusan, lalu berbagai tugas kuliah. Semua
menjadi alasan mereka saling bertatap muka.
Sosok Elion
yang ia kira membosankan ternyata memiliki sisi yang penuh perhatian. Sosok
perhatian dari Elion inilah yang mengantarkan mereka hingga menjadi dua insan
yang sangat dekat. Kehadiran Elion seakan menjadi keharusan di hari-hari Dian. Meski
mereka tak saling bertemu, paling tidak mereka berkomunikasi melalui media sosial.
Semakin banyak
kenangan yang Dian ingat, semakin cepat jarinya bergerak dan semakin lebar
bibirnya mengukir senyum. Begitu banyak yang telah mereka lewatkan dari
semester pertama hingga akhir perkuliahan. Entah itu senang, sedih, atau bahkan
konyol. Seperti saat-saat mereka sedang mempersiapkan diri untuk wisuda. Waktu
itu adalah masa paling membahagiakan bagi mereka berdua karena mereka dapat
lulus dan wisuda di waktu yang sama.
Ingatan
akan masa itu menarik senyum Dian semakin lebar hingga menunjukkan gigi-gigi
putihnya. Namun, memori waktu wisuda membuatnya teringat suatu kejadian yang
tak pernah ingin ia ingat lagi. Jarinya langsung berhenti bergerak, bibirnya
kaku, dan tubuhnya kini membatu. Ruangan yang semula dipenuhi aura yang
menyenangkan kini menjadi suram.
Tetesan air
mata perlahan berkumpuln di kantung matanya. Ia berusaha menahan agar air
matanya tak jatuh menelusuri pipinya yang begitu merindukan sentuhan Elion.
Namun, tangisannya pecah begitu lagu “Kemarin” dari band Seventeen terputar dari handphone
miliknya. Sambil memeluk sweater yang
hampir selesai dirajut, ia menangis sejadi-jadinya. Kini ruangan dipenuhi oleh
suara tangisnya.
“Pa,Padahal…
rasanya baru kemarin… kita bersama. Berdua… menghabiskan waktu,” ucapnya di
sela-sela tangisannya. Berbagai memori indah yang mereka rangkai, yang
terkadang membuat iri teman-teman lain, sekarang menjadi hal yang paling
menyakitkan untuknya. Kedatangan Elion dalam hidup Dian tidak disangka-sangka,
begitu pun kepergiannya.
Waktu
berlalu sangat lama hingga akhirnya Dian dapat menenangkan diri. Ia beranjak
dari kursinya dan berdiri di depan perapian sambil menggenggam sweater rajutnya. Sembari memandangi sweater yang tidak ia selesaikan itu
dengan mata sembab, ia berkata, “Andai aku menyelesaikan rajutan ini lebih
cepat, aku pasti dapat melihat dirimu memakainya paling tidak sekali. Sekarang
untuk apa aku selesaikan?”
Dengan
tangannya yang lain, ia keluarkan selembar foto dari kantung celananya. Setelah
melihat foto itu selama beberapa saat, ia melempar kedua barang tersebut ke
arah perapian. Membiarkan keduanya hangus bersama dengan kenangan masa lalunya
diiringi lagu “Harusnya Aku” oleh Armada.
pic src : https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fjalantikus.com%2Ftips%2Fgambar-anime-sedih%2F&psig=AOvVaw1FUlCWUtNsRsqAryQcsKIQ&ust=1584501378955000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCKiX-e_FoOgCFQAAAAAdAAAAABAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar